Kemarau Basah - Musim Kemarau

Musim Kemarau Basah

Kemarau Basah - Musim Kemarau


Apa siy musim kemarau itu?
Musim kemarau merupakan suatu musim yang terjadi akibat pengaruh sistem Muson yang memiliki ciri – ciri tidak turunnya hujan dalam kurun waktu tertentu yang mengakibatkan di berbagai daerah Indonesia mengalami kekeringan dan kekurangan air.
Dari sinilah berkembang pemahaman di masyarakat luas jika musim kemarau merupakan musim yang tanpa terjadinya hujan atau sebagai musim tanpa turun hujan sama sekali. Sehingga dipahami oleh masyarakat jika musim kemarau identik dengan kekeringan.
Musim Kemarau tahun 2020.
Datangnya musim kemarau terkait erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi Angin Timuran (Monsun Australia).
BMKG memprediksikan jika peralihan angin monsun akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada April 2020, lalu wilayah Bali dan Jawa, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2020 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2020.
BMKG menetapkan permulaan musim kemarau berdasarkan jumlah Curah Hujan dalam satu dasarian ( 10 hari ) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa Dasarian berikutnya. Permulaan musim Kemarau, bisa terjadi lebih awal ( maju ), sama atau lebih lambat ( mundur ) dari normalnya ( rata-rata 1981 - 2010 ).



Dari penetapan tersebut, BMKG merilis bahwa dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 17.0% diprediksi akan mengawali musim kemarau pada bulan April 2020, yaitu di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa. Sebanyak 38.3% wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2020, meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi. Sementara itu 27.5% di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan masuk awal musim kemarau di bulan Juni 2020.
Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis Awal Musim Kemarau (periode 1981-2010), maka Awal Musim Kemarau 2020 di Indonesia diprakirakan MUNDUR pada 148 ZOM (43.3%), NORMAL pada 128 ZOM (37.4%), dan MAJU pada 66 ZOM (19.3%). Selanjutnya, apabila dibandingkan terhadap rerata klimatologis Akumulasi Curah Hujan Musim Kemarau (periode 1981-2010), maka secara umum kondisi Musim Kemarau 2020 diprakirakan NORMAL atau SAMA dengan rerata klimatologisnya pada 197 ZOM (57.65%). Namun sejumlah 103 ZOM (30.1%), akan mengalami kondisi kemarau BAWAH NORMAL (KEMARAU LEBIH KERING), yaitu curah hujan musim kemarau lebih rendah dari rerata klimatologis) dan 42 ZOM (12.3%) akan mengalami ATAS NORMAL (KEMARAU LEBIH BASAH), yaitu curah hujan lebih tinggi dari reratanya).
Untuk puncak musim kemarau, BMKG memprediksikan sekitar 9.9% daerah Zona Musim akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Juli, sedangkan 64.9% pada bulan Agustus dan sekitar 18.7% pada bulan September. Secara umum kondisi Musim Kemarau 2020 diprakirakan NORMAL atau SAMA dengan rerata klimatologisnya (periode 1981-2010) pada 197 ZOM (57.65%). Namun sejumlah 103 ZOM (30.1%), akan mengalami kondisi kemarau BAWAH NORMAL (KEMARAU LEBIH KERING), yaitu curah hujan musim kemarau lebih rendah dari rerata klimatologis) dan 42 ZOM (12.3%) akan mengalami ATAS NORMAL (KEMARAU LEBIH BASAH), yaitu curah hujan lebih tinggi dari reratanya).

Dari prediksi tersebut, BMKG memberikan kesimpulan Prakiraan Musim Kemarau 2020 sebagai berikut :
Awal musim kemarau tahun 2020 dimulai bervariasi, sebanyak 19.3% daerah zona musim (ZOM) diprediksi akan memasuki musim kemarau lebih awal, sedangkan sebanyak 37.4% ZOM sama seperti biasanya dan sebanyak 43.3% ZOM lebih lambat dari biasanya.
Musim kemarau tahun 2020 secara umum diprediksi lebih basah dari musim kemarau tahun 2019, meskipun demikian perlu diwaspadai 30% ZOM yang diprediksi akan mengalami kemarau lebih kering dari normalnya.
Puncak Musim Kemarau di sebagian besar daerah zona musim diprediksi akan terjadi di bulan Agustus 2020.


Kenapa pada musim kemarau bisa terjadi hujan??
Bila sudah memasuki bulan Juni, Juli dan Agustus (JJA) biasanya Indonesia akan berhadapan dengan musim kemarau, dimana pada bulan-bulan tersebut hujan sangat jarang terjadi namun jika pun hujan, peristiwa hujan pada musim kemarau merupakan fenomena yang wajar.
Pemahaman mengenai musim kemarau yang mengatakan musim yang tanpa terjadinya hujan terbantahkan karena..
Musim Kemarau bukan berarti tidak akan turun hujan sama sekali.
Seperti halnya pada musim kemarau tahun 2020 ini, meski telah memasuki musim kemarau, cuaca di sejumlah wilayah Indonesia sepanjang bulan juni sampai juli masih merasakan seringnya terjadinya hujan. Hujan pada musim kemarau dibentuk oleh beberapa faktor, diantaranya : Dinamika cuaca, sirkulasi angin yang membentuk konvergensi dan pertumbuhan awan konvektif yang menghasilkan hujan. Pola konvergensi menyebabkan proses pengangkatan massa udara yang lembab di atmosfer lapisan bawah sehingga membentuk awan-awan hujan. Selain itu, hujan yang turun saat musim kemarau dikarenakan faktor kondisi cuaca lokal. Selain faktor-faktor tersebut, karena adanya pengaruh fenomena global yakni ENSO (El Nino Southern Pasifik Oscillation) penentu pasokan uap air dari Samudera Pasifik yang bisa membuat kemarau itu lebih kering atau lebih basah.

Kenapa musim kemarau pada tahun 2020 ini dikatakan kemarau Basah?
Kemarau basah merupakan keadaan pada musim kemarau di mana curah hujan yang terukur (jumlah kumulatif hujan dasarian) melebihi atau diatas rata-rata normalnya atau dengan kata lain musim kemarau yang terjadi di Indonesia lebih basah dari tahun sebelumnya.
Hujan pada saat-saat musim kemarau seperti sekarang ini biasanya terjadi pada sore dan malam hari hal ini dikarenakan Enso dalam keadaan normal bahkan menjurus ke lanina, artinya ada pasokan air dari samudera pasifik yang signifikan di wilayah indonesia. Sehingga kemaraunya relatif memiliki hujan dengan intensitas cukup tinggi.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan jika musim kemarau yang terjadi di Indonesia pada tahun ini merupakan Kemarau Basah berdasarkan beberapa indikator hasil monitoring anomali iklim Samudera Pasifik.
Beberapa indikator tersebut yaitu :
  1. Suhu muka laut wilayah indikator ENSO (Nino 3.4) sampai dengan pertengahan Juni dalam kondisi netral (fluktuasi suhu muka laut tidak menyimpang lebih dari 0,5 derajat celcius dari rata-rata normal klimatologisnya). Kondisi La Nina lemah apabila penyimpangan suhu muka laut di wilayah indikator ENSO lebih dingin yaitu sekitar -0,5 sampai dengan -1,0 derajat celcius dari normal klimatologisnya. Apabila kondisi La Nina dapat terjadi, dapat menambah peluang peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan musim kemarau terkesan lebih basah, karena lebih banyak hujan daripada kemarau biasanya.
  2. Kondisi IOD+ kembali netral Berdasarkan monitoring anomali iklim Samudera Hindia, menunjukkan beda suhu muka laut Perairan timur Afrika dan sebelah barat Sumatera sebagai indikator Dipole Mode Samudera Hindia (IOD) bernilai positif (IOD+) pada pertengahan Juni 2020 ini. Kondisi IOD+ diprediksi akan kembali netral pada Juli hingga November 2020 nanti. Suhu muka laut. Monitoring terhadap kondisi suhu muka laut perairan Indonesia menunjukkan kondisi normal, dengan kisaran anomali suhu muka laut antara -0,5 hingga +2 derajat celcius.
  3. Suhu muka laut yang hangat atau anomali positif terjadi di perairan timur Sumatera, perairan selatan Jawa, Laut Banda dan perairan utara Papua. Dari berbagai kondisi tersebut diperkirakan akan menjadikan musim kemarau disebagian wilayah Indonesia cenderung basah, mencapai sekitar 50 persen wilayah. Namun perlu tetap diwaspadai adanya potensi kekeringan di 30 persen wilayah Zona Musim (ZOM).
Berdasarkan monitoring dan analisis faktor-faktor tersebut hingga 20 Juni 2020, BMKG menyatakan sebagian wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, namun pada beberapa daerah masih akan terjadi turun hujan sehingga musim kemarau ini cenderung lebih basah dibandingkan sebelumnya.



Judul :

Kemarau Basah - Musim Kemarau | Juragandlieur


Tag : #iklimntt, #klimatologi, #peralatanbmkg

Comments



Popular Posts

Alat Untuk Mengukur Penguapan - Penguapan

Peran Air Bagi Tumbuhan

Sifat Bahan Pangan - Bahan Pangan

Manfaat Klimatologi

Alat Untuk Mengukur Suhu Udara